Minggu, 22 November 2015

konflik israel palestina

Konflik antara Israel-Palestina ini sangatlah rumit karena berhubungan dengan pandangan dan tujuan masing-masing mengenai wilayah mereka,keamanan keduanya, klaim terhadap tempat suci di Yerusalem, serta nasib penduduk sipil Palestina. Penyelesaian masalah keduanya belum tuntas hingga sekarang. Diawali oleh adanya deklarasi Balfour pada tahun 1917 yang telah mengikat Inggris,Prancis, dan Amerika Serikat untuk mendukung didirikannya negara bagi bangsa yahudi di tanah Palestina.
Hal tersebut menjadi legitimasi bagi Israel melakukan perluasan wilayah bagi pemukiman Yahudi melalui beberapa agresi di tanah Palestina yang dianggap sebagai “Promised land”Agresi yang dilakukan oleh Israel sudah sebanyak 3 kali yaitu pada tahun 1948 hingga rakyat palestina mengungsi ke Libanon, Yordania, Syriria, Mesir. Selain itu, di tahun 1982 Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Satila. Kemudian, pada 26 Desember 2008 Israel melancarkna operasi Oferet Yetssuka yang mengorbankan lebih dari 1000 warga Palestina. Hal ini menyebabkan warga Palestina semakin tersiish dari wilayahnya. Dilihat dari kejadian ini, Israel telah melancarkan perang yang tidak manusiawi karena korban utamanya bukanlah tentara tetapi warga sipil.
Akibatnya, muncul berbagai peristiwa pemberontakan dari Palestina untuk  memprotes Israel dan untuk mempertahankan otoritas politiknya termasuk wilayahnya yang dikenal sebagai Intifada Palestina.Dimulai pada tahun 1987, Intifada pertama dilakukan dengan perlawanan menggunakan batu oleh rakyat Palestina. Kemudian Intifada kedua dimulai pada tahun 2000. Gerakan intifada juga diorganisir oleh Hamas, salah satu kelompok garis keras Palestina. Di tahun 2002, puncak intifada Palestina kedua mengorbankan 269 warga sipil Israel, 47 orang diantaranya adalah anak-anak.
Pada September 1996 lalu, terjadi kerusuhan di Al-Aqsa. Hal ini disebabkan oleh Israel yang sengaja membangun terowongan dibawah fondasi bangunan ini untuk memikat turis. Padahal, pembangunan terowongan ini dapat merusak fondasi Masjid Al-Aqsa. Akibatnya, benntrokan antara polisi Israel dan sipil Palestinapun terjadi. Konflik berikutnya, pada 27 desember 2008, Israel menyerang Gaza (Invasi Gaza) dan mengakibatkan lebih dari 1000 orang tewas di Gaza.
Dari kejadian serangan di Gaza oleh Israel, menimbulkan berbagai kecaman dari dunia Internasional termasuk badan organisasi dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebutkan bahwa Israel telah melakukan kejahatan perang karena telah terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) pada kasus tersebut.Kemudian, pada 25 Oktober 2009, Israel lagi-lagi menyerang warga sipil Palestina di halaman masjid Al-Aqsa. Bahkan, polisi Israel pun ikut menangkapi sipil Palestina dan melakukan pengrusakan dihalaman masjid. Dalam beberapa kasus yang tersebut diatas, dapat diketahui bahwa Israel selalu berupaya mengekspansi dengan menggunakan kekuatan militernya dan menggunakan cara kekerasan yaitu dengan menggunakan gas airmata untuk menghadapi rakyat sipil Palestina. Salah satu perlawanan yang selalu muncul dari Palestina adalah gerakan dari kelompok garis keras Palestina, yaitu Hamas yang mengorganisir rakyat Palestina dan selalu membalas serangan-serangan Israel tersebut.Bom bunuh diri juga dijadikan Hamas sebagai alat untuk membalas serangan Israel. Hamas juga mendorong rakyat palestina untuk melakukan perlawanan terhadap Israel dan perlawanan tersebut dikenal dengan intifada Palestina. Seperti yang telah dsebutkan diatas, intifada Palestina sudah terjadi sebanyak dua kali, yaitu ketika tahun 1987 dan tahun 2000.
Pada kasus perebutan Masjid Al-Aqsa, bangunan ini adalah tempat suci bagi umat muslim di seluruh dunia. Bangunan ini dikatakan sebagai tempat suci karena pernah menjadi kiblat utama bagi umat muslim  sebelum dipindah ke Mekkah. Sedangkan, Israel mengklaim bahwa dibawah bangunan tersebut terdapat kuil Sulaiman.Sehingga, Israel merasa berhak untuk untuk menduduki bangunan ini. Pandangan tersebutlah yang mengakibatkan kekacauan di halaman masjid ini.

OPINI:
menurut pendapat saya dalam mengamati konflik Israel-Palestina dengan mengggunakan perspektif Neorealisme, terdapat setidaknya ada hal penting yang dapat terungkap. Berikut ini adalah kontribusi Neorealisme dalam memandang masalah ini.Pertama konflik ini berlarut-larut karena Israel merupakan aktor yang kuat di kawasannya. Dalam sudut pandang neorealisme, aktor-aktor rasional didalamnyapun merasa memiliki keuntungan apabila mempunyai wilayah yang besar dan mempengaruhi wilayah lain di sekitarnya sehingga mereka saling berkompetisi satu sama lainnya. Hal ini di karenakan karena Negara memiliki power. Power sangatlah penting digunakan untuk menunjukkan eksistensi sebuah Negara dalam sistem internasional. Dan dalam konsep power realisme, terdapat salah satu elemen penting dari material power yaitu wilayah. Pendekatan ini juga mengungkap adanya kompetisi terhadap aktor-aktor dalam konflik ini untuk memperbesar wilayahnya.
Lalu, Israel juga memiliki kepentingan nasional sehingga ia berkonflik dengan Palestina dan negara-negara di kawasan ini. Misalnya, dalam konflik Israel-Palestina, Israel memiliki kepentingan untuk mempertahankan otoritas politiknya terutama di Timurtengah dengan membangun kerjasama dengan AS melalui kekuatan ekonomi dan militernya. Selain itu, Israel juga membangun pemukiman bagi rakyat Yahudinya di tanah Palestina yang bagi mereka itu adalah “tanah yang dijanjikan”. Sehingga, warga Palestina yang tinggal di perbatasanpun tertindas dan Hak Asasi Manusianya terabaikan. Akibatnya muncullah perjuangan bagi Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan,mempertahankan wilayahnya dan mendapatkan Haknya. Sehingga, konflik atas kepentingan nasional keduanya masih berlanjut. Dengan menggunakan pandangan neorealisme, maka kepentingan Palestina akan terabaikan karena power yang dimiliki oleh Israel lebih besar(karena Israel memanfaatkan kedekatannya dengan AS untuk mengejar kepentingan nasionalnya(relative gain)
Dan terakhir balance of power di Timur tengah yang diintervensi oleh Amerika Serikat mengakibatkan menempatkan Israel sebagai negara yang sulit diimbangi oleh aktor dikawasannya selain dalam kedekatannya dengan Amerika Serikat. Komitmen Amerika terhadap Israel juga dapat dilihat mulai dari ketika berdirinya negara Israel. Misalnya, pada tanggal 11 Mei 1942, Konferensi Zionis Internasional di New York mengenai keputusan bersama untuk merubah Palestina menjadi Negara Yahudi, mengusir warga arab di dalamnya dan kalau mereka menolak maka harus diatasi dengan kekuatan militer. Presiden AS saaat itu, Roosevelt, langsung memjberikan dukungan atas hasil konferensi tersebut. Dan selama masa kepresidennan George Walker Bush, ia telah mengeluarkan 150 kebijakan politik politik khususnya dalam negeri untuk menanggulangi krisis ekonomi dan politik Israel dan 150 resolusi yang mengenyampingkan hak-hak rakyat Palestina terhadap tanahnya. Amerika juga terus mengecam aksi perlawanan rakyat Palestina terutama aksi bom. Dan Amerika juga memasukkan daftar pergerakan perlawanan sebagai teroris dan akan di pernagi oleh Amerika. (Ahmad Ghazali Khairi dan Amir Bukhairi, 2009). Kemudian Israel juga banyak dibantu oleh AS dalam hal kemiliterannya. Dalam hubungan mereka ini, hampir semua senjata Israel dipasok oleh AS seperti pesawat F-16,helicopter Apache, dan rudal canggih lainnya. Dan Israel juga dibantu oleh AS untuk mengembangkan senjata militer Israel.Hingga sekarangpun, presiden Obama juga meneruskan akan memastikan berdirinya Negara Israel ketika berpidato dalam inaugurasinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar